Bobby Talakua
PENDAHULUAN
Kritik Ideologi berarti kita akan melihat tentang ideologi yang hendak dibangun olehTeks dan ideologipembaca dari teks Efesus 5 : 22-33 sehingga kita akan menemukan produksi dari teks tersebut. Sehingga deri teks ini dapat dilihat tentang ideologi Patriaki yang masih diterapkan bahkan dalam hidup berkeluarga.
Apakah ideologi ini perlu dipertahankan karena ideologi ini adalah produksi dari masyarakat tersebut.
Namun pada kenyataannya dapat dikatakan bahwa tidak selamanya laki-laki akan menjadi pemimpin dalam keluarga karena perempuan pun bisa menjadi pemimpin, bahkan bila pemimpin adalah perempuan justru keluarga menjadi lebih baik. Jadi yang ingin disimpulkan adalah bahwa suami dan istri adalah pemimpin di dalam keluarga dan bila fungsinya dapat berjalan dengan baik maka rumah tangga kan menjadi baik pula. Maka untuk itulah sya menulis dengan judul “Suami Istri Adalah Pemimpin Yang Sesungguhnya Dalam Keluarga Seperti Hubungan Yesus Dengan Jemaat”
BACAAN
Efesus 5 : 22-33 (22. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23.karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 25. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27. supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28.Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30. karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 32. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.)
SUAMI SEBAGAI PEMIMPIN
Melalui surat ini, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" ( Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus. Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.[1]
Karena surat Efesus nyaris tidak mengandung rujujan sejarah, maka tampaknya mustahil untuk menggali data sejarah yang mendukung tradisi,[2] Penulis sangat memperhatikan pendalaman dan penguatan bagi jemaat di Efesus, hal itulah yang diperhatikan dari penulis, sehingga ajaran-ajaran sesat yang muncul tidak dianggap bahaya lagi bagi para pembacanya. Karenanya jelas, bertentangan dengan keadaan yang cukup khas yang dibayangkan dalam kolose, justru di Efesus lebih umum, dan di terapkan bagi jemaat muda.[3] Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan.Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.[4]
Ayat 22-24 menunjukan tentang superior seorang suami yang mampu menjadi pemimpin dalam rumah tangga, bahkan istri harus tunduk di bawa suaminya.Bahkan seorang suami dihubungkan dengan Kristus sebagai kepala atas jemaat.Sekalipun ada perbedaan antara kedudukan suami terhadap istri dengan Kristus terhadap Gereja, tetapi perbedaan tersebut tidak mempengaruhi kedudukan suami sebagai kepala bagi istrinya.Suami sebagai kepala harusnya mengandalkan Roh Kudus untuk memimpin keluarganya.Roh Kudus yang berhak dan mempu mengontrol seluruh kehidupan kita baik intelektualitas, emosi dan kemauan kita.[5]
Matthew Henry mengatakan bahwa tugas suami bukan hanya sebagai pemimpin namun juga Rasul yang juga adalah kepada dari istrinya.[6]
Ayat 25-27, menunjukan kerendahan hati seorang pemimpin dengan orang yang dipimpinnya.Hai suami, kasihilah istrimu.Kewajiban yang dikemukakan tidak hanya untuk satu pihak. Tanggung jawab suami sama mengikatnya dengan kewajiban istri. Yang dimaksudkan di sini bukan kasih pernikahan biasa.yang tidak perlu diperintahkan lagi, tetapi kasih sukarela yang bersumber pada kasih Allah dan mencerminkan kasih-Nya. Berbeda dengan keinginan seksual normal yang biasanya bersifat mementingkan diri, kasih ini tidak mementingkan diri. Sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat. Walaupun suami tidak akan pernah mampu mencapai tingkatan kasih Kristus, mereka tetap dinasihati untuk memiliki kasih yang sama, sebagaimana ditunjukkan dalam anak kalimat berikutnya, telah menyerahkan diri-Nya baginya.Ketika suami dipercayakan sebagai pemimpin dalan suatu keluarga maka jelas komunikasi yang baik juga dari seorang pemimpin dapat dilakukan dengan baik pula.Komunikasi yang sejati adalah komunikasi yang bersifat interpersonal sehingga menghasilkan komunikasi intens antara aku dan kamu.[7]
Untuk menguduskannya sesudah Ia menyucikannya. Inilah maksud penyerahan diri-Nya untuk mati bagi Jemaat.Dengan memandikannya dengan air dan firman.Mungkin di sini air dan firman dipakai dengan arti sinonim.Jelas yang dimaksudkan di sini bukan baptisan atau kelahiran baru karena baptisan.Sebagaimana air membersihkan tubuh, demikian pula Firman Allah membersihkan hati (Yeh 36:27).Jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang.Kata sifat ini lebih bersifat predikatif ketimbang menunjuk kepada sifat; yaitu, agar Dia dapat menghadirkan jemaat yang cemerlang.Tanpa cacat atau kerut.Penjelasan selanjutnya dari kata cemerlang untuk menggambarkan "mempelai perempuan" Kristus.
Ayat 28-33. Menekankan tentang kasih dari seorang pemimpin yang mengurusi rumah tangganya yaitu suami, semua akan berjalan dengan baik bila menerapkan kasih yang benar di dalam suatu keluarga. Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Maksudnya, seakan-akan mereka itu satu tubuh.Kasih sebagai sesuatu yang alamiah bukan dipaksakan.Allah mengatakan, "Keduanya akan menjadi satu daging" (Kej 2:24). Ef 5:29. Sebab tidak pernah orang.Alasan bagi pernyataan sebelumnya.
Ayat 30.Karena kita adalah anggota tubuh-Nya.Pemikiran yang disajikan berpindah-pindah di antara hubungan pernikahan dengan hubungan antara Kristus dengan Gereja.Ayat 31.Ayat ini mengemukakan dasar Alkitab bagi pernikahan sebagai akibat alamiah dari penciptaan perempuan.Ikatan pernikahan lebih kuat daripada ikatan orang tua dengan anak, sebab menghasilkan ikatan yang demikian erat yang dalam Alkitab, satu-kesatuan dan bukan penyatuan.Ayat 32.Rahasia ini besar.Maksudnya, sekalipun penjelasan mengenai makna hubungan pernikahan ini telah disinggung dalam Perjanjian Lama (bdg.Kitab Kidung Agung), hal tersebut belum dinyatakan secara jelas sebelum ada Perjanjian Baru.Paulus mengarahkan pikiran kita dari kesatuan pernikahan itu kepada kenyataan yang dilambangkan olehnya.
Pernikahan adalah suatu yang dikehendaki oleh Allah.Jika seseorang menikah, maka itulah hal yang dikehendaki oleh Allah dan di dalamnya ada maksud-maksud Allah yang ditanamkan.Pernikahan merupakan suatu rahasia yang besar, karena tanpa kembali kepada Allah manusia tidak mengerti keindahan dan pengertian bahwa pernikahan merepresentasikan hubungan antara Allah dan umatnya, antara Kristus dengan Jemaat.
Ideologi dominan yang mau dibangun dari teks ini adalah ada pandangan tentang sistem Patriaki yang kembali dibangun oleh penulis di mana Suami dalam hubungan rumah tangga adalah pemimpin dan istri harus tunduk pada suaminya. Sehingga pola pikir yang mau dibangun adalah ketika suami menjadi pemimpin maka kehidupan keluarga akan berjalan dengan baik. Kasih selalu di tekankan untuk suatu hubungan agar dapat berjalan dengan baik.
ISTRI JUGA BISA MENJADI SEORANG PEMIMPIN
Memang baik bila dilihat bahwa perintah Tuhan laki-laki dalam keluarga adalah seorang pemimpin, namun tidak menutup kemungkinan perempuan juga bisa menjadi pemimpin di dalm rumah tangga, perempuan mampu mengatur rumah dengan baik, bisa melakukan fungus sebagai pemimpin dan justru hal ini sangatlah membantu suaminya untuk mengurus banhkan mengatur rumah tangganya jauh lebih baik.
Keluarga akan berjalan dengan baik dan selalu takut akan Tuhan juga termasuk dalam peran perempuan sebagai seorang pemimpin, jadi perempuan dan laki-laki harus setara, atau sejajar dan tidak menunjukan perbedaan. Ideologi tandingan yang menetang ideologi dominan dimana dalam keluarga hanya Suami yang bisa memimpin adalah suatu hal yang keliru karena istri juga bisa menjadi pemimpin apa lagi bila suaminya pergi atau meninggal dunia, maka dialah yang akan berperan sebagai pemimpin.Perempuan adalah pasngan laki-laki yang mampu memimpin dengan baik asalkan di berikan tanggung-jawab oleh suami untuk memimpin.[8]
SISTEM KEPEMIMPINAN YANG BENAR DI DALAM PERNIKAHAN
Namun bila ideologi tandingan ini dibiarkan maka konsep kepemimpinan di dalam keluarga akan berubah dan bisa saja kepemimpinan di dominasi oleh Istri, sehingga Ideologi alternatif adalah bahwa suami dan istri adalah pemimpin dalam sebuah rumah tangga, dan bila mereka berdua membu membagi tugas dengan baik sebagai pemimpin maka saya rasa justru keluarga itu yang dapat berjalan dengan damai dan sejahtera karena adanya kerjasama dari keduanya. Relasi gender inilah yang bila melakukan fungsinya dengan baik maka keduanya akan berjalan dengan baik.
Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki.Relasi perempuan dan laki-laki yang demikian tidak benar. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan sederajat.Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai suami.Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’.Istri tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (Ef 5:21).Istri tunduk denganmenerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri.Juga seperti Kristus adalah kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (Ef 5:23).Istilah ‘sama seperti’ penting artinya (Ef 5:22-25).Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi Kristus-jemaat.
Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (Ef 5:25). Tiga kali Paulus menekankan kasih suami kepada istri (Ef 5:25,28,33). Penilis harus mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam suatu budaya masyarakat, bukan kasih sentimental yang murahan seperti banyak didendangkan dalam lagu-lagu pop. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (Ef 5:25).Kristus berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus.Dalam kehidupan praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu tunduk kepada suami.
Tunduk dan kasih, dalam Kristus serasi adanya.Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam bentuk tunduk yang berkorban. Selain berkorban Suami dan istri juga harus berfungsi sebagai suatu kesaksian, Karena keluarga Kristen ada di dalam masyarakat jadi ketika suami dan istri selaras, seia sekata maka keluarga ini akan menjadi teladan bagi banyak orang.[9]
CATATAN KAKI
[1] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru – Volume 1, (Surabaya: Momentum, 2012), Hlm. 89
[2] Ibid., Hlm 90
[3] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), Hlm. 228
[4] Ibid., Guthrie, Hal 91
[5] Stephen Tong, Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan, (Surabaya: Momentum, 2012), Hlm, 54-55
[6] Matthew Henry, Commentary on the Whole Bible Volume VI (Actsto Revelation), (Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, ____), Hlm. 1225
[7] Sutjipto Subeno, Indahnya Pernikahan Kristen, (Surabaya: Momentum,2008), Hlm. 51
[8] Dorothy K. Petterson & Rhonda H. Kelley, Women’s Evangelical Commentary New Testament, (Nashville: Holman Reference, 2011), Hlm. 535
[9] Ibid., Subeno, Hlm. 71
DAFTAR PUSTAKA
1.Guthrie Donald, Pengantar Perjanjian Baru – Volume 1, Surabaya: Momentum, 2012
2.Henry Matthew, Commentary on the Whole Bible Volume VI (Actsto Revelation), Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, ____
3.Marxsen Willi, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
4.Petterson Dorothy K. & Rhonda H. Kelley, Women’s Evangelical Commentary New Testament, Nashville: Holman Reference, 2011
5.Subeno Sutjipto, Indahnya Pernikahan Kristen, Surabaya: Momentum,2008
6.Tong Stephen, Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan, Surabaya: Momentum, 2012
No comments:
Post a Comment