Sunday 24 June 2018

“Historis Kritis Terhadap Teks Kisah Para Rasul 2 : 1-13”

TUGAS HERMENEUTIK PERJANJIAN BARU 1


PENDAHULUAN
Dewasa ini, Pentakosta dijadikan sebagai salah satu hari raya gerejawi yang mana pada hari itu umat Kristen berkumpul dan beribadah untuk memperingati hari keturunan Roh Kudus, seperti yang terjadi pada konteks orang percaya pada saat itu di mana mereka berkumpul pada satu tempat dan menanti akan pencurahan Roh Kudus kepada mereka. Sedangkan dalam tradisi Yahudi, hari Pentakosta adalah hari raya peringatan pemberian Hukum Taurat di gunung Sinai.


Sebenarnya Pentakosta bukan hari raya milik orang Kristen, tetapi hari raya milik Yahudi yang mereka sebut”khamisyim yom”. Khamisyim artinya lima puluh, sedangkan yom artinya hari. Sehingga khamisyim yom artinya hari kelima puluh. Disebut hari Kelima puluh maksudnya hendak menunjuk kepada jumlah hari mulai dihitung dari permulaan hari raya Paskah. Paskah adalah hari raya orang Yahudi yang penting, sebab hari itu mereka memperingati peristiwa keluarnya mereka dari Mesir. Peristiwa bersejarah itu mengawali lahirnya bangsa Israel. Maka hari kelima puluh tersebut dijadikan hari raya mereka. Karena 50 hari sama dengan 7 minggu maka hari itu juga disebut “khag syavuat’ot” atau hari raya tujuh minggu. 2 hari raya ini juga disebut sebagai hari raya buah bungaran. Hari raya ini dinyatakan atau diumumkan sebagai “pertemuan kudus”. Pada hari itu pria-pria Yahudi tidak bekerja seperti biasanya, mereka semua berkumpul di tempat kemah suci atau di bait Allah, yang mereka percayai sebagai tempat kudus, guna beribadah kepada Tuhan.

Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah kita (Laki-laki) yang memperingati hari keturunan Roh Kudus itu, juga tidak boleh bekerja seperti biasanya? 


LATAR BELAKANG HISTORIS
Latar Belakang Kitab

Kitab Kisah Para Rasul merupakan salah satu catatan tentang periode Kristen awal yang masih ada, yang ditulis dari sudut pandang Kristen. berbagai rujukan kepada Roh Kudus di Kisah Para Rasul cukup mengindikasikan bahwa perkembangan sejarah Kristen bergantung pada supramanusia, dimana dapat dikatakan bahwa kemajuan Kekristenan dituntun oleh Allah sendiri, artinya Allah aktif dalam komunitas Kristen mula-mula dan dalam pembritaan injil.[1] Kisah Para Rasul juga mengambarkan tentang karakteristik rohani dan moral dari orang Kristen mula-mula.

Untuk kitab sejarah seperti Kisah Para Rasul yang menjadi dokumen utama bagi kekristenan awal, maka kepenulisan sangatlah penting. Berdasarkan pemikiran dari dulu yang mengatakan bahwa penulis Kitab Kisah Para Rasul adalah Lukas, namun ketika kita menimbang ulang melalui periode penulisan kitan ini maka kita harus menimbang ulang siapa penulisnya. Menurut Willi Marxsen kitab ini ditulis dalam dasawarsa terakhir dari abad I yang pasti sebelum surat-surat pengembalaan, sehingga Lukas pendamping Paulus yang menuliskannya.[2]

Tujuan kepenulisan kitab ini sebagai suatu Apologetika yang bisa dilihat dalam dua arah yaitu pendekatan kepada orang Yahudi dan kepada pemerintahan Romawi. Ada kaitan erat antara Kekristenan dan Yudaisme karena terlihat bahwa orang kristen dan paulus masih melaksanakan tuntutan upacara Yahudi. Ada juga relasi dengan Kekaisaran Roma karena orang-orang Kristen mula-mula masih ada dalam tekanan pemerintahan kekaisaran Romawi.

Ulasan Tentang Konteks
Konteks Umum

Kitab Kisah Para Rasul Pasal 2 : 1-13 umumnya mengambarkan tentang Jemaat Kristen mula-mula melalui pencurahan Roh Kudus atau Pentakosta. Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Pentakosta dalam perjanjian lama disebut sebagai hari raya Tujuh Minggu atau hari raya Panen Gandum setelah Paskah dimana setelah hari raya tersebut orang Israel mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan (Bnd.  Kel 34:22; Im 23:15-21; Bil 28:16-31; Ul 16:9-12). Dan perayaan ini terus dilakukan secara turun temurun di bangsa Israel.[3]

Dalam  Imamat 23:16 Septuaginta menyalin Ibrani khamisysyim yom dengan Yunani pentekonta hemeras, ‘lima puluh hari’, yang menunjuk kepada jumlah hari, mulai dihitung dari persembahan berkas jelai pada permulaan hari raya Paskah. Pada hari 50 dirayakanlah Hari Raya Pentakosta. Karena 50 hari = 7 minggu, hari itu juga disebut khag syavu’ot, ‘Hari Raya Tujuh Minggu’ (Kel 34:22; Ul 16:10). Hari itu menandakan selesainya menuai jelai yg dihitung mulai dari sejak pertama kalinya menyabit gandum (Ul 16:9), dan waktu imam mengunjukkan berkas tuaian itu ‘pada hari sesudah sabat itu’ (Im 23:11). Hari itu disebut juga khag haqqatsir, ‘hari raya menuai’, dan yom habbikkurim, ‘hari buah bungaran’ (Kel 23:16; Bil 28:26). Hari raya itu tidak dirayakan hanya pada zaman Pentateukh, karena perayaannya diberitakan juga pada zaman Salomo (2Taw 8:13). Hari raya itu diumumkan sebagai hari ‘pertemuan kudus’, yang padanya tidak boleh dilakukan pekerjaan berat, dan semua laki-laki Israel harus hadir di tempat kudus (Im 23:21).[4]

Konteks Khusus

Kisah Para Rasul Pasal 2 : 1-13, menunjuk pada Pentakosta Perjanjian Baru, Perjanjian Lama yang dikorbankan adalah binatang dan tepung sesuai dengan aturan hukum Taurat namun pada pasal ini Yesus Kristus sendirilah yang menjadi korban pendamaian kita dengan Allah. Donald Guthrie dalam bukunya “Teologi Perjanjian Baru 2” mengatakan bahwa Pentakosta adalah tindakan kesimpulan dari kenaikan Yesus. peristiwa itu bukan hanya menyusulnya secara kronologis, melainkan juga bergantung kepadanya. Ini sudah dibayangkan Yesus dalam Yohanes 7:39 dan 16 ayat 7, dan ini menyiratkan bahwa pentakosta mengantarkan kepada suatu zaman yang baru.[5] Kisah Para Rasul 1 : 8 juga menjelaskan tentang bagaimana Yesus mempertegas janjinya melalui keturunan Roh Kudus agar mereka bisa menjadi saksi-Nya. Sesudah pentakosta kepenuhan ini menjadi tanda pengenal dari orang-orang Kristen (bnd.kis 6:3).


Terjemahan Revisi

Kisah Para Rasul 2 : 1-13

1.Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. 2. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3. Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. 5. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6. Ketika terdengar bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka terkejut karena mereka masing-masing mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 7. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8. Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; 9. kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10. Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11. baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."12. Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain, "Apa artinya ini?" 13. Tetapi yang lain menyindir, "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."

TAFSIRAN 

Sebelum cerita tentang pencurahan roh kudus pada hari pentakosta terdapat acuan kepada roh kudus dalam kisah para rasul 1. Ayat-ayat ini menciptakan suasana, sehingga dapat dibuat suatu penilaian yang benar terhadap peristiwa pencurahan itu. Pertama-tama Lukas dengan jelas memperlihatkan bahwa ia memahami bukunya sebagai hasil penyataan tentang roh daripada tuhan yang bangkit itu kepada para rasul (kis 1 : 2). Dengan kata lain, kunci pemahaman yang dimiliki para rasul itu ialah informasi yang mereka terima dari Tuhan yang bangkit itu, yang telah Lukas catat dalam Lukas 24 : 27,44-49. Lebih dari itu, kesadaran bahwa ini melanjutkan karya Yesus “oleh roh kudus” sejalan dengan janji dalam yohanes 14:26. Ini menjelaskan kewibawaan pembritaan para rasul.
Pentakosta bukanlah sesuatu yang menerobos secara mendadak atas jemaat yang menanti itu, para rasul telah diingatkan untuk menantikan baptisan dengan roh kudus ,yang segera akan datang  (kis 1:5) sama pentingnya dengan janji itu adalah janji kristus sebelum kenaikannya. ’’kamu akan menerima kuasa, kalau roh kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiku di yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (ay 8). Kuasa dari roh ini telah ditemukan dalam Lukas 24:29 dan dalam janji tentang pertlongan untuk bersaksi dalam yohanes 15:26-27. Pernyataan ini dapat dianggap sebagai bayanganpendahuluan bagi pelayanan jemaat yang meluas,karena itu pekerjaan roh kudus dalam pelayanan tersebut ini penting sekali.

Sepintas lalu perlu diingat bahwa Petrus sependapat dengan orang Yahudi dan Yesus tentang pengilhaman Roh Kudus dimana Ia mengutip mazmur 69:25 dan 109:18 dengan rumusan ‘’nas kitab suci, yang disampaikan roh kudus dengan perantaraan Daud’ kis 1:16’. Tatkala para rasul memperhadapkan dunia kepada injil,mereka membuatnya dengan keyakinan penuh bawa roh yang sama, yang telah berbicara melalui kitab suci, telah berdiam di dalam mereka.

Ayat 1. Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat.

Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem. Tetapi ‘Pentakosta’ dalam ay 1 adalah Pentakosta Perjanjian Lama. Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Pentakosta Perjanjian Lama ini adalah hari ke 50 setelah Paskah (ini Paskah Perjanjian Lama) dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). / Passover (hari bebasnya bangsa Israel dari Mesir (bdk. dengan Ul 16:1 tentang Paskah Perjanjian Lama ini). Paskah Pada hari ini roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen baru harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban. Perayaan syukur karena panen gandum (Ul 16:10  Kel 34:22). Drewes menegaskan dengan mengatakan bahwa sesudah tahun 70 M orang Yahudi mengaitkan hari raya pentakosta juga dengan pembuatan perjanjian di gunung Sinai sesudah keluaran dari mesir (kel 19).[6] Ada cerita di kalangan orang Yahudi bahwa di Sinai suara Tuhan terbagi-bagi ke dalam tujuh puluh bahasa supaya semua bangsa dapat mendengarkannya,tetapi hanya Israel-lah yang menerimannya. Sekarang Allah juga ingin mencapai segala bangsa. Barangkali penulis teringat pada peristiwa Sinai itu.Pada hari itu juga orang Israel tidak boleh bekerja (Im 23:21  Bil 28:26). Ini sebabnya kami akan
menemukan orang-orang Yahudi dari seluruh dunia sekarang pada hari itu.

Pentakosta Perjanjian Lama menjadi Pentakosta Perjanjian Baru karena apa yang terjadi dalam Kis 2:1-13. Pentakosta Perjanjian Baru adalah hari turunnya Roh Kudus yang terjadi pada hari ke 50 setelah Paskah / Easter (hari kebangkitan Yesus). David E. Pratte dalam bukunya mengatakan bahwa Dalam hal ini, Pentakosta akan terjadi lima puluh hari setelah kematian Yesus. Ini berarti bahwa kejadian hari ini, yang merupakan salah satu hari yang paling penting dalam sejarah Perjanjian Baru, terjadi pada hari pertama minggu itu, hari yang sama dalam seminggu bahwa Yesus bangkit dari kematian.[7]

Pada saat itu murid-murid sedang berkumpul di suatu tempat sebagai ketaatan terhadap perintah Yesus dalam Kis 1:4-5. Apakah hanya murid-murid? tetapi dikatakan ‘’mereka semua berkumpul’’.’mereka semua’,bukan hanya kedua belas rasul, melainkan kelompok “kira-kira seratus dua puluh orang” (Kis 1:15), yang jelas adalah orang Galilea (Kis 2:7). Dan bukan hanya elite tertentu, melainkan “mereka semua dipenuhi dengan roh kudus” (ay.4).

Dimanakah mereka berkumpul? Yang dimaksud dengan ‘suatu tempat’ tidak diketahui dengan pasti. Mungkin ruang atas yang ada dalam Kis 1:3 dan mungkin juga suatu tempat dalam Bait Allah (bdk. Luk 24:53). Apakah satu rumah dapat menampung begitu banyak orang? Ataukah “rumah” mengacu kepada bait Allah sebagai tempat pertemuan “jemaat rumah”, yang juga nyata di 2 ayat 46 dan 5 ayat 42 (bnd.mis.Rm.16 : 15). Barangkali acuan ini bagi Lukas lebih penting daripada memikirkan apakah satu rumah dapat menampung begitu banyak orang.[8]

Ayat 2. Tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; Ayat 3. Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

Hal-hal yang mengiringi pencurahan roh merupakan perbuatan simbolis. Angin  dan api melambangkan kuasa roh, yang satu tak kelihatan sedangkan yang lain kelihatan. tanda-tanda yang luar biasa ini harus dianggap unik karena hanya terjadi pada pengalaman awal dan ini dengan tepat, walaupun roh akan terus dicurahkan, namun pencurahan ini tak pernah lagi menandai awal dari suatu zaman baru. sekali diluncurkan,jemaat Kristen selanjutnya tak lagi membutuhkan tanda-tanda objektif ini. ini bisa juga berlaku bagi penampakan khas dari roh tatkala para rasul mulai bersaksi dalam bahasa-bahasa. 

Pertama mengenai tiupan angin keras. Alkitab memang sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8  Yeh 37:9,10,14  Yoh 20:22). Kata bahasa Yunani Pneuma memang bisa diartikan sebagai ‘roh’, ‘angin’ atau ‘nafas’ (sama seperti kata Ibrani Ruach). Angin (Yunani : Pnoe) dan roh (Pneuma) dalam bahasa Yunani merupakan kata yang serumpun, sedangkan “lidah” dan “bahasa” dalam bahasa Yunani sama saja.[9] Jadi, angin mengacu kepada roh dan Lidah-lidah, pada bahasa-bahasa yang kedengaran. Karena itulah maka sebelum Roh Kudus turun maka Ia didahului oleh suatu bunyi seperti tiupan angin keras. Penggunaan angin untuk melambangkan Roh telah dijumpai dalam Yohanes 3:8.

Kedua mengenai lidah api. Api dalam PL dapat menandai kehadiran illahi, misalnya di gunung Sinai (kel 19:18; Kel. 3:2; Yes. 66:15). Hari pentakosta ini juga merupakan penggenapan kata Yohanes pembaptis bahwa Yesus Kristus’’akan membaptis kamu dengan roh kudus dan dengan api’’(Luk 3 : 16). Akan tetapi, api pada hari ini (Pentakosta) bukan api untuk membakar sekam, seperti di Lukas 3 : 17, melainkan api ini menandai bahasa-bahasa  yang memaklumkan perbuatan besar dari Allah. Roh Kudus juga sering digambarkan sebagai api karena Ia berfungsi untuk menyucikan / menguduskan kita.  Hubungan antara api dengan Roh mengenapi nubuatan Yohanes Pembabtis dalam Matius 3:11. Hinggap di kepala mereka masing-masing, mereka ini yang ditujukan adalah para murid karena setelah itu mereka semua mampu berbahasa dengan beberapa jenis bahasa yang ada. Jadi, tidak ada api pada hari Pentakosta ini hanya sesuatu yang seperti api dan konteks di dalam Injil menunjukkan bahwa baptisan dengan api ialah penghukuman atas orang-orang yang menolak Mesias-pembakaran sekam dengan api yang tidak dapat dipadamkan.

Ayat 4. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan.

Pada awal karya Yesus  di Lukas 3 : 21,22, Roh Kudus turun secara kelihatan demikian juga pada hari ini. Baik di Lukas 4 : 18,19 maupun dalam Kisah Para Rasul 2 : 17-20 turunnya Roh Kudus  itu dijelaskan dengan nas-nas PL, Roh Kudus dahulu juga diberi kepada Yohanes Pembaptis dan orang lain (Lukas 1: 15, 35, 41) berhubungan dengan bahasa-bahasa ini. Sementara Roh Kudus diberikan kepada manusia, para murid itu dibaptis (Kis 1:5) dan pada saat yang bersamaan penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Ungkapan ini sangatlah berarti karena ungkapan ini tidak muncul di PL. Menurut Guthrie ungkapan ini terdapat satu kali berhubungan dengan Yesus pada waktu pembaptisannya (Lukas 4:1) tetapi sesudah Pentakosta kepenuhan ini menjadi tanda pengenal dari orang-orang Kristen (bnd.kis 6:3). Nampaknya kepenuhan dengan roh ini dapat dilacak dengan mudah, sekurang-kurangnya pada hari Pentakosta jelas bahwa orang-orang dipenuhi dengan roh adalah orang-orang percaya.[10]

Pembaptisan oleh Roh Kudus dilukiskan dalam 1Kor 12:13. Pembaptisan ini merupakan karya Roh Kudus untuk mempersatukan orang-orang dari berbagai latar belakang suku dan kedudukan menjadi satu tubuh-tubuh Yesus Kristus, yang adalah Gereja-Nya. Baptisan dengan Roh ini tidak pernah diulang kembali. Peristiwa ini kemudian diperluas kepada orang-orang percaya di Samaria (Kis 8), orang-orang bukan Yahudi (Kis 10; 11), dan kepada murid-murid Yohanes Pembaptis (Kis 19:1-6). Pemenuhan dengan Roh sering kali diulangi, tetapi bukan baptisan dengan Roh.

Karunia bahasa lidah atau bahasa roh secara khas disebut sebagai’’berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain’’(Kis 2 ayat 4). Mereka mulai berbicara dengan bahasa-bahasa lain. Gejala apakah yang dimaksudkan? apakah para murid tiba-tiba memakai bahasa-bahasa daerah-daerah tertentu, dengan suatu mukjizat pengungkapan? ataukah mereka berbicara dengan ‘’bahasa roh /lidah/ajaib’’, yaitu dengan glosolalia-seperti kita kenal dari 1 korintus 14? Bahasa lidah di Korintus adalah bahasa yang tidak jelas, diungkapkan dengan antusiasme besar dan yang membutuhkan keterangan atau terjemahan supaya orang lain dapat memahaminya (bnd.1 kor 14: 9 ,23,27). Apakah melalui suatu mujizat pendengaran para pendengar memahami apa yang dikabarkan pada hari pentakosta ini? Namun dalam hal ini bukan mujizat pendengaran yang dimaksudkan. Ternyata Dalam Kisah Para Rasul diceritakan bahwa pada hari Pentakosta, ketika murid-murid Yesus berkumpul di suatu tempat, tiba-tiba mereka dipenuhi Roh Kudus dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa-bahasa lain itu ternyata adalah bahasa manusia, bahasa dari orang-orang Yahudi yang datang dari berbagai-bagai tempat di dunia dan yang pada waktu itu berada di Yerusalem (Kis 2:1-11). Hal yang serupa terjadi ketika Roh Kudus turun ke atas Kornelius beserta sanak saudara dan sahabat-sahabatnya (Kis 10:45-46), dan ketika di Efesus Rasul Paulus menumpangkan tangan atas bekas murid-murid Yohanes Pembaptis (Kis 19:5-6).

Apakah bahasa roh adalah tanda seseorang dipenuhi Roh Kudus? Berdasarkan kejadian-kejadian yang diceritakan dalam Kis 2; 10; 19 tersebut di atas, ada yang berargumentasi bahwa orang yang dibaptis atau dipenuhi Roh Kudus harus mempunyai tanda berbahasa lidah. Namun kalau kita selidiki Kisah Para Rasul, ternyata ada sembilan pembicaraan lain mengenai orang yang dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak ada disebut-sebut mengenai bahasa lidah (Kis 4:8; 4:31; 6:3; 6:5; 7:55; 9:17; 11:24; 13:9; 13:52). Begitu juga Rasul Paulus berkata: "Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Dan dalam pasal yang sama ia membicarakan tentang karunia-karunia Roh yang dibagi-bagikan untuk kepentingan jemaat, dan tidak semua orang memiliki karunia yang sama.

Bagi Rasul Paulus berbicara mengenai bahasa lidah atau bahasa roh dalam 1Kor 12; 13; 14, rupanya bahasa ini lain dengan yang di atas karena ia berkata: "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia" (1Kor 14:2). 

Ayat 5. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6. Ketika terdengar bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka terkejut karena mereka masing-masing mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.7. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8. Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; 9. kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10. Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11. baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."

Wycliffe mengatakan bahwa Para murid itu sekarang rupanya sudah turun dari ruang atas dan menuju ke suatu tempat terbuka di kota itu. Mungkin di dalam wilayah bait Allah di mana banyak orang berkumpul. Orang Yahudi yang saleh adalah orang-orang Yahudi Diaspora, yang tersebar di seluruh daerah Mediterania, tetapi yang telah kembali ke Kota Kudus itu untuk tinggal.[11]

Jadi mereka bukan peziarah, melainkan bangsa Israel yang tersebar dan tinggal di luar Israel. Orang Yahudi yang hidup dalam perantauan, khususnya mereka yang lanjut usia, sering suka menetap di Yerusalem untuk mengakhiri hidupnya di sini. Tidak mengherankan mereka disebut “orang saleh”. Jadi, cerita ini adalah tentang pencurahan Roh Kudus kepada umat Israel, yaitu orang Yahudi dan penganut agama Yahudi lainnya yang tinggal di Yerusalem. Sebagian dari mereka berasal dari berbagai daerah lain yang berbeda. Mereka mewakili “semua manusia” (ay.17) atau semua bangsa. Orang Israel tetap dimaksudkan di sini, tetap dengan perspektif yang lebih luas. Perspektif ini juga sudah disinggung di Lukas 4 : 16-30 (khususnya ayat 25-27) dan akan dikembangkan lebih lanjut dalam keseluruhan kitab Kisah Para Rasul (mis.pasal 10,11 di mana Roh Kudus dicurahkan kepada bukan orang Israel).[12]

Mengapa Allah memilih kota Yerusalem dan mengapa Allah memilih hari Pentakosta? karena pada hari Pentakosta kota Yerusalem penuh sesak, karena orang-orang Yahudi dari semua penjuru datang ke Yerusalem. Mereka semua kembali ke Yerusalem karena hal ini memang diperintahkan oleh Tuhan (Kel 23:14-17  Kel 34:22-23).

(Ayat 6) ini menceritakan tentang para rasul yang dapat berbicara dengan Bahasa-bahasa lain (ay. Kis 2:4). Bukan bahasa ekstase religius. Melalui mukjizat bahasa para rasul itu diterjemahkan oleh Roh Kudus ke dalam berbagai bahasa tanpa penerjemah manusia. Gejala ini tidak sama dengan glossolalia atau karunia bahasa roh dalam 1Kor 12:14 yang tidak dapat dimengerti kalau tidak ada yang menerjemahkan.

(Ayat 7,8) ini sangat menakjubkan bahwa orang-orang yang mempunyai logat Yahudi Galilea ini mampu berbicara di dalam berbagai bahasa asing dan semua orang tercegang-cengang melihat mereka mampu berbahasa, yang dimana bahasa itu tidak mereka kenal bahkan mereka tidak pernah belajar tentang bahasa-bahasa tersebut. Orang-orang berkumpul itu mengamati apa yang Para Rasul lakukan. Mereka kagum karena, meskipun fakta bahwa mereka berasal dari galilea namun mereka semua mendengar rasul berbicara dalam bahasa mereka sendiri di mana mereka dilahirkan (ay 6,8) padahal mereka dari tempat yang berbeda-beda. Alkitab lebih jelas mengidentifikasi "lidah" ​​sebagai bahasa yang bisa mengerti. Mereka orang Galilea sehingga mereka sulit untuk mempelajari dan bahkan berkata-kata dengan semua bahasa lain, inilah hal yang sangat ajaib mereka mampu berbicara walaupun mereka tidak pernah belajar.
Sebagian besar dari mereka bisa berbicara bahasa Yunani populer dari dunia Helenistik, tetapi mereka juga tetap memakai bahasa asli mereka sendiri (Kis 14:11). Pendatang-pendatang di Roma. Orang-orang Yahudi dan penganut agama Yahudi dari Roma yang hanya untuk sementara tinggal di Yerusalem. Matthew Henry mengatakan bahwa Para murid itu adalah orang-orang hina, yang tidak terpelajar bahkan tidak diharapkan, namun Allah memilih yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang yang bijaksana dan kuat. Kristus itu orang Galilea, dan murid-muridnya benar-benar begitu, tidak terpelajar dan pria bodoh. Orang-orang yang datang mengakui bahwa yang mereka bicarakan dimengerti dengan mudah dalam bahasa mereka sendiri.[13]

(Ayat 10,11) Negeri-negeri ini merupakan suatu rangkaian di sekeliling Laut Mediterania. Daftar bangsa ini mulai dengan tiga nama bangsa, yang terletak diluar kekaisaran Romawi, jauh disebelah timur : Partia, Media, Elam melalui Mesopotamia kemudian ke Yudea, ke barat-laut, ke daerah-daerah yang sekarang terletak di Turki yaitu Kapadokia sampai dengan Pamfilia. Lantas ke selatan: Mesir dan daerah-daerah Libia (Sekarang di Afrika). Sesudah itu ke ibu kota Roma. Baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi namun penganut ajaran Yahudi, orang Kreta (Kreta adalah Satu pulau di Laut Tengah, yang sebagian besar berbukit-bukit) dan orang Arab.

Ayat 12. Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain, "Apa artinya ini?" 13. Tetapi yang lain menyindir, "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."

Pencurahan Roh Kudus tidak begitu saja dipahami. Semua pendengar termangu-mangu (ragu-ragu) sehingga tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tuduhan bahwa para murid itu mabuk menunjukkan bahwa ada unsur ekstase dan juga bahasa asing di dalam pemberian karunia bahasa lidah yang pertama kali ini. Kis 2:14. Sejumlah besar orang telah berkumpul akibat keramaian yang terjadi itu (ay. Kis 2:6). mungkin di pelataran luar dari wilayah bait Allah.

Namun tidak semua orang percaya akan hal itu, sehingga cemooh dari sekelompok orang mungkin  ahli-ahli Taurat, orang Farisi, dan imam-imam kepala, yang selalu menolak Yesus, dan itu nampak ketika mereka mengatakan bahwa para murid telah mabuk oleh anggur manis dan mereka minum terlalu banyak. Namun tidak masuk akal untuk berfikir bahwa karena anggur akan memungkinkan orang untuk berbicara bahasa yang mereka tidak pernah belajar karena mereka adalah orang Yahudi asli, mereka mungkin tidak sadar bahwa mereka mampu berkata-kata dalam bahasa lain, tetapi itulah mujizat yang di berikah oleh Kristus agar semua dapat mendengarkan Injil, injil bukan hanya untuk orang Yahudi saja injil bersifat universal kepada semua orang, dan Allah mampu menembusi semua bahasa bukan hanya bahasa Yunani.

Untuk itulah Petrus memberikan penjelasan tentang apa yang sedang terjadi di hadapan mereka dan kemudian melanjutkan dengan pemberitaan Injil, yang pada hakikatnya merupakan pengumuman bahwa Yesus adalah Mesias. Dalam uraiannya petrus menegaskan bahwa karunia roh bukan hanya datang langsung dari allah,melainkan juga bahwa pengaruniaan itu mengikuti pengagungan Yesus (kis 2:32-33).di sini terdapat pemahaman yang serupa dengan yang terdapat pada peryataan Yesus dalam yohanes 7 ayat 39.pemahaman petrus yang mengagumkan atasa kedudukan Yesus pada sisi kanan allah, hanya beberapa minggu sesuda penyaliban-Nya pasti diperoleh melalui penghaliman Roh Kudus,memang pencurahan Roh Kudus bagi para rasul merupakan suatu bukti bahwa Yesus telah diagungkan.

KONTEKSTUALISASI

Hari Pentakosta merupakan hari dimulainya penggenapan janji Kristus kepada para murid-Nya sesaat sebelum kenaikan-Nya. Janji itu adalah bahwa mereka akan menerima kuasa untuk melaksanakan misi yang mereka emban dari-Nya. Pentakosta atau turunnya Roh Kudus memungkinkan para rasul berkata-kata dalam bahasa-bahasa asing yang sebelumnya belum pernah mereka pelajari (perhatikan bahwa ini berbeda dengan glosolalia). Karunia dan kehadiran Roh Kudus ini tidak membuat para rasul asyik dengan spiritualitas mereka sendiri.

Teks ini memberikan suatu gambaran yang simpel: Roh Kudus turun kepada para rasul sehingga mereka memberitakan perbuatan- perbuatan besar yang Allah lakukan kepada banyak orang lain (Kis 2:11). Salah satu tanda sejati hadirnya Roh Kudus dalam diri seseorang adalah hadirnya kesediaan dan kemampuan untuk menjangkau orang lain, terutama demi mengabarkan Injil.

Tetapi juga melalui hal ini terbentuknya sebuah komunitas baru dan berbeda yaitu Gereja. Ketika Roh Kudus tercurah ke atas mereka, Dia membabtis mereka menjadi satu tubuh, mereka menjadi satu kesatuan yang hidup, mereka tidak hanya memiliki hubungan dengan Tuhan semata namun mereka saling berhubugan satu dengan yang lain karena mereka semua adalah tubuh Kristus

Untuk kita saat ini ketika merayan Pentakosta tidak seperti apa yang terjadi di Perjanjian Lama atau pada awal Gereja mula-mula, karena kita tidak mempersembahkan korban bakaran dan juga tidak akan disertai oleh tiupan angin keras dan lidah-lidah api, tetapi sekarang bagi kita pentakosta adalah tanda bahwa penyertaan Allah melalui Roh Kudus itu nampak, dan dapat dikatakan bahwa Roh Kudus akan selalu ada bagi setiap orang untuk dapat membedakan yang baik dan yang jahat. Dan ketika setiap orang yang mampu menghadirkan sukacita, damai sejahtera bagi orang lain itulah yang dapat dikatakan bahwa Roh Allah ada padanya. Jadi, hubungan antar sesama ditekankan bukan hanya di dalam Gereja namun dipancarkan kepada semua orang, baik bagi orang Kristen maupun bagi semua orang di luar Kekristenan.


CATATAN KAKI

[1] Donald Guthrie. Pengantar Perjanjian Baru : Volume 1. (Jakarta : Momentum, 2012). Hal. 310
[2] Willi Marxen. Pengantar Perjanjian Baru : Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012). Hal. 208
[3] _______. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid 1 M-Z). (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011)
[4] Ibid.,
[5] Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 2. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996). Hal. 170
[6] B. F. Drewes. Tafsiran Alkitab : Kisah Para Rasul (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2014). Hal 43.
[7] David E. Pratte. Commentary on the Book of Acts (____: Bible Study Notes and Comments, 2013). Hal. 25
[8] B. F. Drewes. Op. Cit.,  Hal 44
[9] Ibid.,
[10] Donald Guthrie. Op Cit.,  Hal. 170-171
[11] Tafsiran Alkitab Wyncliffe (2010).
[12] B. F. Drewes. Op. Cit.,  Hal 46
[13] Matthew Henry. Commentary on the Whole Bible Volume VI : Acts to Relevation. (Chester : Christian Classics Ethereal Library, 1706) Hal 36

DAFTAR PUSTAKA

1._______. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid 1 M-Z). (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011
2.Calvin J. Commentary on Acts-Volume 1. Chester : Christian Classics Ethereal Library, 1558
3.David E. Pratte. Commentary on the Book of Acts ____: Bible Study Notes and Comments, 2013
4.Drewes B. F.. Tafsiran Alkitab : Kisah Para Rasul Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2014
5.Henry. Matthew. Commentary on the Whole Bible Volume VI : Acts to Relevation. Chester : Christian Classics Ethereal Library, 1706
6.Guthrie Donald. Pengantar Perjanjian Baru : Volume 1. Jakarta : Momentum, 2012.
7.Guthrie Donald. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996
8.Marxen Willi. Pengantar Perjanjian Baru : Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
9.ten Napel Henk. Kamus Teologi Inggris-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
10.Wahono Wismoady.,  Disini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013
11.Wyncliffe. Tafsiran Alkitab Wyncliffe (2010)

No comments:

Post a Comment